Senin, 17 Oktober 2016

CIAMIS AND GARUT CULTURE

By dave   Posted at  06.53   my task No comments


CIAMIS

Sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Ciamis Kota. Kabupaten ini berada di bagian tenggara Jawa Barat, berbatasan denganKabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan di utara, Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) dan Kota Banjar di timur,Kabupaten Pangandaran dan Samudra Hindia di selatan, serta Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya di barat.
Kabupaten Ciamis terdiri atas 30 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Ciamis.
Kecamatan Banjar, yang dulunya bagian dari Kabupaten Ciamis, ditingkatkan statusnya menjadi kota administratif, dan sejak tanggal 11 Desember 2002 ditetapkan menjadi kota (otonom), yang terpisah dari Kabupaten Ciamis. selain itu bagian Selatan Kabupaten Ciamis mengalami pemekaran pada tanggal 25 Oktober 2012 menjadi Kabupaten Pangandaran yang memiliki 10 Kecamatan.





1.      Bahasa :
Sebagian orang Ciamis menggunakan bahasa sunda yang halus atau sama halnya dengan orang jawa yang menggunakan bahasa krama ketika berbicara. Dibandingkan ketika orang Bogor atau Banten yang menggunakan bahasa sunda kasar ketika berbicara orang-orang Ciamis menggunakan bahasa sunda halus. Contoh: bahasa sunda halus dari makan adalah tuang, bahasa sunda kasar dari makan dahar.






2.      Kesenian :
Kesenian di daerah Ciamis yang masih bertahan sampai sekarang salah satunya adalah Karawitan (namanya sama dengan yang di daerah Jawa). Bahkan kesenian Karawitan ini masuk sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah. Sekolah menyediakan guru yang berkompeten dalam bidang karawitan ini, dan pembelajarannya lebih menekankan pada praktek. Siswa diajarkan bagaimana cara memainkan salah satu alat musik secara langsung.





3.      System Religi:
Mayoritas penduduk daerah ini beragama Islam, namun dapat dikatakan sebagai “Islam KTP” karena mereka melakukan kegiatan religi hanya saat-saat tertentu. Contoh: peduduknya memakai busana muslim ketika hanya ada pengajian, sedangkan jika pengajiannya telah selesai mereka hanya memakai pakaian “kurang bahan”. Bahkan suatu ketika ada seorang ustad yang berdakwak di daerah ini mengenai menutup aurat, pada akhirnya ustad ini yang diusir karena memang susah untuk mengubah kebiasaan itu.






4.      Mata Pencaharian :
Sebagian besar orang Ciamis mata pencahariannya menjadi seorang petani. Mereka memiliki sawah ataupun lading untuk bercocok tanam karena mereka bertempat tinggal didekat lereng gunung. Perairannya pun langsung memakai mata air, mereka memakai paralon untuk mengambil air. Hasil dari sawah maupun lading berupa padi, coklat dan lain-lain.
Biasanya mereka hanya menempuh pendidikan sampai jenjang SMP dan banyak dari mereka melanjutkan merantau ke daerah luar untuk berwirausaha, contohnya saja seperti di jogja banyak ditemui penjual warung burjo yang bisa berbahasa sunda alias berasal dari Jawa Barat.





5.      Peralatan Hidup :
Di bidang pertanian orang-orang Ciamis menggunakan alat seperti cangkul dan garpu besar untuk berladang. Ketika di sawah pun alat yang mereka gunakan hampir sama dengan daerah lainnya seperti menggunakan traktor dan penyemprot hama. Uniknya pupuk yang digunakan bukan pupuk kimia tetapi mereka menggunakan pupuk kandang dengan cara memanfaatkan kotoran ayam.





6.      Organisasi Sosial :
Ketika ada salah satu keluarga yang mengadakan hajatan pasti kiri-kanan rumahnya dibagi makanan hajatannay, sama halnya orang jawa ada besekan disana dinamakan pepeti. Disana pun masi ada karang taruna, RT, RW dan lain-lain.





7.      Pengetahuan :
Pengetahuan yang mereka dapatkan secara alami bukan dari jenjang pendidikan formal adalah bercocok tanam dan mengurus kolam ikan. Mereka mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan pertanian. Bahkan hampir setiap rumah memiliki kolam ikan, dan itu dibuat oleh mereka sendiri secara tradisional.



GARUT



 


Adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Tarogong Kidul. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Tasikmalaya di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung di barat.
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara pada koordinat 6º56'49 - 7 º45'00 Lintang Selatan dan 107º25'8 - 108º7'30 Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²)

Berikut adalah kesenian Di Kabupaten Garut


1.  Dodombaan

 

Atraksi seni yang menggunakan tetabuhan seperangkat kendang pencak silat dengan beberapa orang pendukungnya. Satu atau dua orang melakukan ibing pencak silat, juga terdapat delapan orang yang mengusung dua buah patung domba dari kayu yang bisa ditunggangi anak-anak dan dewasa.
Kesenian ini lahir di Desa Panembong Kec. Bayongbong dan dipimpin oleh Bapak SAJIDIN.

2.  Surak Ibra


 


Kecamatan : Wanaraja
Seni tradisional Surak Ibra dikenal juga dengan nama lain Boboyongan Eson. yang berdiri Sejak Tahun 1910 di Kampung Sindang Sari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut. Kesenian Tersebut Hasil Ciptaan Raden Djajadiwangsa Putra Dari Raden Wangsa Muhammad (Dikenal Dengan Nama Lain Raden Papak).
Kesenian ini merupakan suatu sindiran (simbol﴿ atau semboyan tidak setuju terhadap Pemerintahan Belanda pada waktu itu yang bertindak sewenang-wenang kepada masyarakat jajahan. Khususnya di daerah Desa Cinunuk dan umumnya daerah Kabupaten Garut.
Kesenian ini memiliki tujuan untuk memupuk motivasi masyarakat agar mempunyai pemerintahan sendiri hasil gotong royong bersama untuk mencapai tujuan cita-cita bangsa Indonesia.
Selain itu juga untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan antara pemerintah dan masyarakatnya, demi menunjang keadilan dan kebijaksanaan pemerintah secara mandiri dengan penuh semangat bersama.

 3.  Lais


 



Kecamatan : Cibatu

Kesenian Lais Diambil Dari Nama Seseorang Yang Sangat Terampil Dalam Memanjat Pohon Kelapa Yang Bernama ?Laisan? Yang Sehari-Hari Di Panggil Pak Lais. Lais ini Sudah Dikenal Sejak Aman Penjajahan Belanda. Tempatnya di Kampung Nangka Pait, Kecamatan Sukawening. Atraksi yng ditontonkan mula-mula pelais memanjat bambu lalu pindah ke tambang sambil menari-nari dan berputar di udara tanpa menggunakan sabuk pengaman, sambil diiringi tetabuhan seperti dog-dog, gendang, kempul dan terompet.

4.  Bangkulung


 


Kecamatan : Cisurupan

Kesenian Bangklung merupakan perpaduan dua buah kesenian tradisional, yakni Kesenian Terebang dan Kesenian Angklung Badud.
Kesenian Bangklung merupakan hasil prakarsa Bapak Rukasah selaku Kepala Seksi Bidang Kesenian Depdikbud Kabupaten Garut, telah menetapkan perpaduan jenis kesenian Terebang dan Angklung pada tanggal 12 Desember 1968 di Desa Cisero Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut.

5.  Badeng


 


Kecamatan : Malangbong
Kesenian tradisional BADENG diciptakan pada tahun 1800 yaitu di jaman Para Wali, kesenian ini mula-mulanya diciptakan oleh seorang tokoh penyebar agama Islam bernama ARFAEN NURSAEN yang berasal dari daerah Banten yang kemudian terus menetap di Kampung Sanding Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut, beliau dikenal masyarakat disana dengan sebutan LURAH ACOK.

 6.  Debus

 

Kecamatan : Pameungpeuk
DEBUS adalah salah satu jenis kesenian tradisional rakyat jawa Barat yang terdapat didaerah pamempeuk Kabupaten Garut ini tercipta kira ?kira di abad ke 13 oleh seorang tokoh penyebar agama islam ,pada waktu itu di daerah tersebut masih asing dan belum mengenal akan ajaran islam secara meluas. Tokoh penyebar agama islam disebut Mama ajengan .
Nama ajengan berpikir dalam hatinya bagai manakah caranya untuk dapat menyebar luaskan atau mempopulerkan ajran agama islam karena pada waktu itu sangat sulit sekali karena banyak kepercayaan-kepercayaan dan agama lain yang di anut oleh masyarakat setempat. sedangkan ajaran agama islam pada waktu itu masih belum dipahami dan di mengerti maknanya .
Pada tengah malam bulan purnama si Mama Ajenganmengumpulka para santrinya untuk bersama-sama menciptakan sambil dengan belajar menabuh seperangkat alat-alat yang terbuat dari pohon pinang dan kulit kambing sehingga dapat mengeluarkan bunyi dengan irama yang sangat unik sekali yang kemudian kesenian tersebut dinamakan DEBUS. Dengan cara menyajikan kesenian ini, diharapkan dapat menarik masa yang banyak.
Untuk menjaga hal ?hal yang tidak diinginkan dalam menjalankan tugas menyebarluaskan ajaran agamanya nanti dan mungkin akan banyak rintangan-rintangannya maka disamping belajar kelihaian menabuh alat-alatnya diajarkannya pula ilmu-ilmu kebatinan baik rohani maupun jasmani dipelajarinya pula ilmu-ilmu kekebalan /kekuatandalam dirnya masing-nasing umpamanya tahan pukulan benda-benda keras seperti batu bata , kayu, kebal terhadap golok-golok tajam dsb. Menjalani dan mendalami berbagai ilmu ?ilmu kebatinan tersebut untuk menjaga apabila terjadi dikemudian hari sewaktu mereka mempopulerkan ajaran agamanya .
Didalam rangka mempertunjukan kesenian DEBUS tersebut mama Ajengan dan para santrinya yanh telah mahir dan dibekali oleh ilmu-ilmunya masuk, keluar kampung bahkan ke berbagai kota mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat umaro tua muda, laki-laki perempuan sambil memasukkan pengaruh ajaran agamanya lewat kesenian yang dipertunjukannya itu dengan membawakan lagu-lagu solawatan dan berjanji yang mengambil dari kitab suci Al-qur?an yang isinya mengajak masyarakat banyak untuk dapat memahami dan melaksanakan ajaran agama islam .
Demikianlah yang dilakukan setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan oleh mama Ajengan dengan para santrinya dalam rangka mempopulerkan ajaran agama islam lewat kesenian ?DEBUS? sehingga berhasil meningkatkan para prngikutnya hampir diseluruh daerah dengan didirikannya pesantren-pesantren, mesjid-mesjid/ surau untuk menampung pengikutnya .
Sampai sekarang secara turun temurun kesenian ?DEBUS? masih dipergunakan sebagai media untuk menghibur para tamu yang datang ke daerah tersebut disamping itu sering disajikan pada acara hajatan (kenduri) umpamanya hajat chitana ,hajat perkawinan atau upacara hari besar Umat Islam, yang sangatunik sekali sampai sekarang masih diperingati tiap terang bulan purnama tanggal 14 oleh keturunan mama Ajengan.


7.  Gesrek


 


Kecamatan : Pamulihan
Seni Gesrek disebut juga Seni Bubuang Pati (mempertaruhkan nyawa). Bila dikaji dengan teliti, seni Gesrek dapat dikatakan juga bersifat religius. Dengan ilmu-ilmu, mantra-mantra yang berasal dari ayat Al Qur?an pelaku seni ini bisa tahan pukulan, tidak mempan senjata tajam atau tidak mempan dibakar. Demi keutuhan/mengasah ilmu yang dimiliki pemain Gesrek perlu mengadakan pemulihan keutuhan ilmu dengan jalan ngabungbang (kegiatan ketuhanan yang dilaksanakan tiap malam tanggal 14 Maulud) yaitu mengadakan mandi suci tujuh muara yang menghadap sebelah timur sambil mandi dibacakan mantra-mantra sampai selesai atas bantuan teman atau guru apabila masih ada. Jadi dengan adanya Seni Gesrek kegiatan ritual bisa dilaksanakan secara rutin sebagai rasa persatuan dan kesatuan sesama penggemar seni yang dirasa masih langka. Setelah terciptanya Seni Gesrek timbul gagasan untuk mengkolaborasikannya dengan seni yang berkembang juga di wilayah ini yaitu seni Abah Jubleg. Seni ini dikatakan khowarikul adat (di luar kebiasaan) karena Abah Jubleg dapat mengangkat benda yang beratnya lebih dari 1 (satu) kwintal dengan menggunakan kekuatan gigi, dapat mengubah kesadaran manusia menjadi tingkah laku binatang (Babagongan/Seseroan) dan memakan benda yang tidak biasa dimakan oleh manusia.

8.  Hadro

 

Kecamatan : Bungbulang
HADRO adalah jenis kesenian perpaduan antara budaya Parahyangan dengan budaya Parsi atau Arab. Seni ini diperkenalkan oleh Kyai Haji Sura dan Kyai Haji Achmad Sayuti yang berasal dari Kampung Tanjung Singuru Samarang Kabupaten Garut sekitar tahun 1917. kehadirannya tentu saja mendapat sambutan hangat dari masyarakat Desa Bojong. Maka tidak heran apabila perkembangannya sungguh sangat menggembirakan.
Jenis kesenian ini memiliki ciri tertentu dalam gaya dan lagunya. Gaya/laga adalah gerak geriknya yang diambil dari jurus-jurus pencak silat yang menggambarkan kepatriotan.
Lagu / liriknya diambil dari sajak pujangga Islam Syech Jafar Al Banjanji. Alat pengiringnya terdiri dari : Rebana, Tilingtit, Kempring, Kompeang, Bangsing, Tarompet dan Bajidor.

9.  Pencak Ular


 


Kecamatan : Samarang

Merupakan kesenian tradisional dari Kec. Samarang. Pencak silat ini tidak jauh berbeda dengan pencak silat yang ada, hanya selain mendemontrasikan jurus-jurus silat, pesilat itu membawa ular berbisa dalam atraksi. Kelebihan lain pesilat bisa menjinakan ular-ular itu bahkan kebal terhadap gigitannya.

10. Cigawiran


 


Kecamatan : Selaawi
Seni tradisional Cigawiran termasuk kelompok cabang seni Karawitan Sekar, bukan seni petunjukan .Seni tradisional ini hampir sama dengan Beluk, Cianjuran Sumedang dan Kawih (Karawitan Sekar).
Tembang Cigawiran lahir di Desa Cigawiran, Kecamatan Selaawi.


11. Rudat

 

Kecamatan : Pameungpeuk
Merupakan seni pertunjukan atraksi kekebalan tubuh. Selain di Pameungpeuk, berkembang juga secara aktif di Cikajang dan Singajaya, dan berkembang secara kurang aktif di Kecamatan Leles.

Tentang Dave

Dave merupakan seorang anak pertama dari dua bersaudara, kesibukannya adalah kuliah, bermusik, dan tidur. Ia sedang menjalani kuliah di Universitas Gunadarma fakultas ilmu komputer dan teknologi informasi jurusan sistem informasi.
View all posts by: MrNyapNyap

0 komentar:

Back to top ↑
Follow Dong Coy

What they says

© 2013 Taman Nyap Nyap. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.